Sunday, September 22, 2013

Belajar sampai ke Negeri Sakura


-this article was published in Canisius Education Fair 2013-

Memilih universitas sebagai pendidikan lanjutan dari SMA merupakan hal yang cukup menyulitkan bagi sebagian besar orang. Mulai dari jurusan yang akan diambil, universitas yang diinginkan, keadaan ekonomi, dan pertimbangan-pertimbangan lainnya. Namun perlu diketahui bahwa belajar di perguruan tinggi bukanlah sekedar menimba ilmu dari institusi pendidikan, melainkan juga momen penting bagi kita untuk menumbuhkembangkan kedewasaan, berpikir lebih kritis, dan belajar nilai-nilai penting yang dibutuhkan untuk mencapai cita-cita. 

Lingkungan belajar juga menjadi faktor penting dalam proses pemilihan universitas. Sebagai salah satu contoh, mari kita melirik Jepang. Negara maju yang saat ini sebagai pemegang kekuatan ekonomi ketiga terbesar di dunia ini memiliki kebudayaan yang patut dicontoh oleh negara-negara lainnya. Sebagai contoh adalah jalur difabel atau jalur kuning untuk pejalan kaki tuna netra. Ini adalah hal yang mengagetkan saya pada awal saya menginjakkan kaki di negeri matahari terbit ini. Hampir di seluruh trotoar yang ada di kota-kota besar seperti Tokyo dan Osaka dilengkapi dengan jalur difabel ini. Jalur ini memungkinkan untuk para tuna netra menggunakan tongkat mereka mengetahui jalur dan persimpangan yang akan mereka lalui, sehingga mereka bisa berjalan tanpa bantuan orang lain.
  
Jalur Difabel


Hal lainnya adalah speaker di dalam elevator. Mungkin Anda belum mengerti dengan apa yang hendak saya katakan. Lift di Jepang dilengkapi dengan speaker (beberapa lift di Indonesia pun juga begitu) yang akan menginformasikan keberadaan Anda sebelum pintu akan dibuka. Asrama yang saya tinggali di Jepang diilengkapi dengan lift yang seperti itu, dan saya merasa bosan ketika setiap saya hendak pergi ke kamar saya, saya akan mendengar lift akan mengatakan "pintu lift akan terbuka", "pintu lift akan tertutup", "maaf telah lama menunggu", dan "Ini adalah lantai .... " yang tentunya dalam bahasa Jepang. Suatu hari saya bertanya kepada guru saya mengapa lift tersebut melakukan hal yang tidak perlu, menginformasikan hal yang tertulis pada layar petunjuk lift itu sendiri. Namun dengan sedikit tertawa guru saya mengatakan adalah itu untuk kenyamanan para tuna netra. Saya tercengang. Ternyata orang Jepang memiliki cara tersendiri dalam menghormati dan menghargai orang lain bukan hanya sekedar tata krama dan tegur sapa, tetapi sampai memikirkan kenyamanan orang lain terutama orang cacat. Dan masih banyak hal-hal lainnya yang dapat ditemui seperti non-step bus, kursi roda khusus untuk di stasiun yang bertangga, dan lain-lain. 

Bangsa Jepang juga menghargai waktu. Mungkin hal ini sudah sampai bosan kita dengar. Tapi jika Anda lihat dan rasakan sendiri bagaimana cara orang Jepang menghargai waktu saya yakin sebagian orang Indonesia akan kaget. Ketika saya berjanji bertemu dengan seorang guru, guru tersebut sudah menunggu saya 15 menit sebelum waktu perjanjian. Kereta datang selalu tepat pada waktunya (sampai hitungan menit yang ditunjukkan pada platform kereta, tetapi saya yakin bahwa hitungan sebetulnya adalah dalam detik atau lebih detil dari itu). Hal ini memungkinkan pembuatan aplikasi untuk para pengguna kereta memilih kereta mana yang bisa diambil (Anda bisa lihat jorudan.co.jp). Di setiap halte bus tertulis jadwal kedatangan kereta. Dengan kereta cepat mereka jarak Jakarta-Surabaya bisa ditempuh dalam 3 jam. Bisa Anda bayangkan dengan sistem yang seperti itu, mobilisasi dan keefektifitasan seseorang bisa sangat tinggi. Saya juga pernah melihat seseorang membayar kereta ekspress 1500 yen (sekitar Rp 150.000,00) lebih mahal, dengan selisih waktu tempuh 20 menit lebih cepat dari kereta biasa. Pada awalnya saya kaget, tetapi lama kelamaan saya mulai bisa melihat bagaimana mereka menghargai waktu mereka. 

Banyak hal yang bisa kita lihat dan pelajari dari negara-negara maju seperti Jepang, Amerika Serikat, Singapura, dll. Setelah saya menulis panjang lebar di tulisan ini, saya ingin menyampaikan sekali lagi bahwa kuliah itu bukanlah sekedar menimba ilmu dari institusi pendidikan. Jadikanlah momen ini sebagai kesempatan Anda untuk melihat sesuatunya lebih kritis dan menempa diri Anda. Dengan cita-cita, minat, dan bakat Anda sekarang adalah waktu yang tepat untuk Anda merencanakan kehidupan perkuliahan Anda. Carilah tempat yang tepat untuk Anda mengembangkan diri dan mengasah kemampuan serta hati nurani dan bersama kita bangun negeri tercinta, Indonesia sebagai tunas-tunas muda harapan bangsa.